Arti “Fiksi” Ala Rocky

Muhajir Abadi
5 min readMar 31, 2021

--

Masih ingat pernyataan Rocky Gerung pada program televisi Indonesia Lawyer Club yang disiarkan langsung TV One pada Selasa, 10 April 2018 lalu? Pernyataan Rocky yang memicu kontroversi dari berbagai pihak itu berbunyi, “Kalau saya pakai definisi bahwa fiksi itu menghidupkan imajinasi, maka kitab suci itu adalah fiksi.”

Pada pernyataan di atas, Rocky sebagai pihak pengucap telah memberi batasan tegas bahwa fiksi yang dibicarakannya berarti menghidupkan imajinasi. Hal ini kemudian ditegaskannya kembali seperti dikutip dari CNN Indonesia (13/04/2018),

“Saya enggak pakai KBBI. Sebelum saya mengucapkan kitab suci itu fiksi, sebelum kalimat itu saya ucapkan, saya ucapkan dulu apa yang saya maksud dengan fiksi. Saya pakai keterangan berdasarkan definisi yang saya buat, saya bilang fiksi itu beda dengan fiktif. Dari awal saya sudah kasih tahu beda, kalau ada yang bilang sama, ya silakan bilang itu sama. Tapi, saya anggap itu beda, jadi silakan pakai definisi saya,” tegasnya yang saat itu merupakan dosen filsafat politik di Fakultas Ilmu Budaya UI.

Pada acara diskusi pekanan itu, Rocky juga tidak menyebut nama kitab suci yang ia maksud. Oleh karena itu, pada asalnya kita pun tidak perlu bersibuk ria memikirkan lebih lanjut pernyataannya itu. Tapi dasar emosi manusia yang memang seperti granat, tiap kali pemantiknya ditarik lepas maka meledaklah responnya. Bagi yang berpikiran pendek, kejadian seperti ini langsung spontan saja dinilai, seolah harus memilah antara dua; benar atau salah. Tapi ada pula yang mencoba tenang (meski tak dipungkiri hatinya pasti gelisah.. ;D) dan berusaha mencerna lebih dalam hakikat peristiwa. Sehingga respon yang keluar pun menjadi lebih matang.

Bolehkah Mempeyorasi Definisi yang Sudah Berlaku Umum, lalu Diubah kepada Definisi Menurut Pribadi?

Fungsi dari definisi adalah untuk menentukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas, dan singkat. Maksudnya yaitu menentukan batas-batas pengertian tertentu sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur, dan tidak dicampuradukkan dengan pengertian-pengertian lain.

Mem-peyorasi atau membelokkan arti suatu kata, menurut kajian istilah Definisi bisa digolongkan dalam jenis Definisi Nominal (Nominal Definition). Yaitu suatu jenis definisi yang benar-benar baru atau memberikan arti baru pada kata yang sudah lama ada. Hal seperti ini sah-sah saja dilakukan selama dalam penyebutannya tetap menerangkan pula definisi umum yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian, definisi baru atau yang disebut Definisi Nominal itu menjadi lebih jelas maknanya dan tidak membingungkan pihak pendengar.

Pada acara ILC Selasa malam itu, sebelum mempeyorasi kata “fiksi”, Rocky Gerung telah men-declare apa yang ia maksud dengan kata “fiksi”. Ini ia lakukan sebagai disclaimer bila nantinya ada pihak yang mempersoalkan pernyataannya tersebut.

Memahami “Kitab Suci itu Fiksi” Menurut Definisi Rocky Gerung

Pada pernyataan Rocky Gerung tersebut, kalimat yang perlu di highlight dan dijadikan patokan definisi untuk mengetahui sejauh mana ketepatan ucapannya itu adalah, “fiksi itu menghidupkan imajinasi”. Maka fokus bahasan kita adalah menimbang maksud “kitab suci itu fiksi” dengan definisi dari kalimat ini.

Bila kita bawa maksud kitab suci kepada al-Qur’an –ini semata karena saya; penulis tidak mengenal kitab suci kecuali al-Qur’an-, yang sepertiga isinya menceritakan kisah-kisah untuk kita ambil sebagai pelajaran, maka dari sekian banyak kisah itu kita tahu ada yang membicarakan umat-umat terdahulu dan ada pula yang mengabarkan peristiwa-peristiwa di masa depan.

Sesuai definisi Rocky, kisah-kisah umat terdahulu tidak bisa lagi disebut sebagai fiksi, karena seluruhnya sudah terjadi dan bukan sekedar imajinasi. Adapun berbagai kabar terkait peristiwa masa depan (dari diri kita) bisa saja dianggap fiksi, karena seluruhnya belum terjadi hingga hari ini. Ringkasnya, peristiwa sejarah adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri keterjadiannya, dan kabar masa depan masih mungkin dianggap imajinasi bagi kita yang hidup di hari ini.

Pada konteks yang lain, misalnya dalam kisah bersejarah pembuatan parit sebelum perang Khandaq (5 H). Ketika para sahabat mendapati sebongkah batu yang menghalangi mereka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun turun bermaksud untuk menghancurkan batu tersebut. Setelah memulai dengan basmalah, pada pukulan yang pertama yang menghancurkan sepertiga batu itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allahu Akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah, sekarang aku melihat istana-istananya yang bercat merah.” Pada pukulan kedua yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir lagi, “Allahu Akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Persia. Demi Allah, aku melihat istana Mada’in yang putih.” Dan pada pukulan ketiga yang menghancurkan seluruh batu itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir lagi, “Allahu Akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah, aku melihat pintu-pintu gerbang Shan’a` dari tempatku ini.” (Hr. Ahmad)

Saat kejadian itu, orang-orang munafiq menganggap sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah khayalan belaka. Terlebih pada saat itu para sahabat sedang dalam masa kritis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri mengganjal perutnya dengan 3 batu karena sudah 3 hari tidak makan. Namun kuatnya iman para sahabat tidak goyah oleh hasutan para munafiqun tersebut.

Pada konteks peristiwa Khandaq ini, sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam justru membangkitkan semangat para sahabat untuk suatu impian besar. Seperti inilah agaknya yang dimaksud oleh Rocky Gerung sebagai “menghidupkan imajinasi”. Pada akhirnya terbukti, setelah beberapa masa berlalu pasca wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, semua sabda beliau itu menjadi kenyataan.

Ibnu Ishaq rahimahullah mengatakan, “Orang yang tidak aku ragukan kejujurannya berkata kepadaku, dari Abu Hurairah ra. yang berkata ketika negeri-negeri yang disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut ditaklukkan pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Usman bin ‘Affan, dan pemerintahan sesudahnya, ‘Taklukkan negeri mana saja yang kalian inginkan, karena demi Dzat yang Abu Hurairah berada di tangannya, tidaklah kalian menaklukkan salah satu kota hingga hari kiamat, melainkan Allah telah memberikan kunci-kuncinya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam’.” (Sirah Nabawiyah, karya Ibnu Hisyam).

Kesalahan Mendasar Pernyataan “Kitab Suci itu Fiksi”

Terlepas dari perdebatan apakah fiksi itu sama dengan fiktif yang berarti khayalan, yang jelas definisi ‘fiksi’ ala Rocky Gerung yang dipakainya untuk menyebut kitab suci tersebut memicu kotroversi dan menimbulkan kebingungan pada masyarakat banyak. Suatu hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang publik figur. Mengingat tidak seluruh masyarakat siap mendengar semua ucapan mereka yang seharusnya berada di ruang privat.

Kalau pun definisi Rocky tersebut diamini, ada satu kesalahan mendasar yang entah ia sadari atau tidak saat mengucapkannya. Yaitu tidak semua tuturan fiksi –dalam arti menghidupkan imajinasi- itu mungkin terjadi pada kehidupan nyata. Adapun semua kabar dan kisah yang tercantum dalam al-Qur’an –anggaplah kitab suci yang dimaksud Rocky adalah al-Qur’an-, sudah pasti terjadi. Kalau pun hingga saat ini belum, maka keterjadiannya pada kemudian hari adalah hal yang pasti. Hanya kita tidak tahu kapan waktunya. Demikianlah sifat yang melekat paten pada semua wahyu yang datang dari Allah Ta’ala. Dan demikian pula seharusnya iman seorang muslim pada setiap kabar dari-Nya. Wallahu A’lam. [Muhajir]

Lumbung Rujukan:

Artikel:

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20180413094833-12-290510/rocky-gerung-klarifikasi-soal-kitab-suci-fiksi

https://era.id/afair/6516/memaknai-apa-itu-fiksi#:~:text=Fiksi%20adalah%20energi%20untuk%20mengaktifkan%20imajinasi.&text=Fiksi%20adalah%20kata%20sifat%20yang,dalam%20sudut%20pandang%20keilmuan%20filsafat

https://www.mahadalyjakarta.com/mukjizat-rasulullah-saw-saat-perang-khandaq/

https://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/04/08/definisi/amp/

Video:

https://youtu.be/u8C2oG46lc0

--

--

Muhajir Abadi
Muhajir Abadi

No responses yet